Pertumbuhan penduduk kota di dunia menunjukkan lonjakan yang cukup fenomenal. Hal tersebut juga terjadi di Jakarta. Jakarta sebagai ibukota Indonesia memiliki daya tarik yang sangat kuat hingga membuat penduduk dari berbagai penjuru berbondong-bondong datang ke jakarta. Menurut hasil Sensus Penduduk yang dilakukan oleh BPS menunjukkan jumlah penduduk Jakarta mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hasil olah cepat SP 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Jakarta mencapai 9,588,198 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk Jakarta sebagian besar disebabkan oleh migran masuk baik dari propinsi atau pulau lain dan dari luar negeri.
Peningkatan jumlah penduduk di Jakarta berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan. Dari waktu ke waktu seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, lingungan di Jakarta juga semakin rusak. WHO (2001) mendefinisikan sebuah KOTA YANG SEHAT sebagai “kota yang secara terus menerus menciptakan dan meningkatkan lingkungan-lingkungan fisik dan sosialnya serta mengembangkan sumber daya masyarakatnya sehingga memungkinkan warganya untuk satu sama lain mendukung dalam menyelenggarakan semua fungsi kehidupan dan mengembangkan potensi maksimal mereka”. Selanjutnya WHO juga mengidentifikasi 11 kualitas dari KOTA SEHAT, yakni sebagai berikut :
1.Sebuah lingkungan fisik yang bersih, aman, dan berkualitas tinggi (termasuk kondisi perumahan yang bermutu)
2.Sebuah ekosistem yang stabil dan berdaya dukung (sustainable) untuk kehidupan jangka panjang
3.Sebuah komunitas yang kuat, noneksploitatif, dan saling mendukung satu sama lain.
4.Memiliki tingkat partisipasi dan kontrol publik yang tinggi terhadap kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi hidup, kesehatan, dan kesejahteraan warganya
5.Adanya pemenuhan kebutuhan dasar (makanan, air bersih, hunian, keselamatan, penghasilan, dan pekerjaan) untuk semua warga kota
6.Adanya akses yang luas kepada pengalaman hidup dan sumber daya kota dengan berbagai kesempatan terhadap kontak sosial, interaksi, dan komunikasi
7.Ekonomi kota yang inovatif, vital, dan beragam
8.Adanya dorongan untuk selalu berhubungan dengan sejarah, warisan biologis, dan warisan budaya warga kota, serta kelompok-kelompok komunitas masyarakat lainnya
9.Kompatibel dan mampu meningkatkan karakteristik kota yang telah ada
10.Adanya pelayanan optimum terhadap kesehatan masyarakat yang layak bagi semua warga yang sakit
11.Memiliki status kesehatan yang baik (tingkat penyakit rendah)
Jika dilihat dari 11 kualitas kota tersebut, Jakarta sangat tidak memenuhi kriteria KOTA SEHAT. Sebagai ibukota, Jakarta menjadi tempat pilihan bagi para perantau untuk tinggal dan bekerja dengan asumsi Jakarta menyediakan kenyamanan dan segala kebutuhan. Namun realitanya Jakarta adalah kota dengan beragam permasalahan. Permasalahan di Ibukota Jakarta seperti biaya hidup yang mahal, kemacetan, individualisme, tingkat kejahatan, banjir membuat sebagian masyarakatnya mudah stress dan merasa tidak nyaman dengan lingkungan tersebut. Meski banyak jasa atau produk yang tersedia yang dapat menghilangkan stress ternyata tetap tidak membuat penduduk Jakarta terlepas dari ketidaknyamanan.
Menurut Ratna Mardiyanti (2008), carut marut tata kota Jakarta yang tidak ideal berdampak kepada meningkatnya stres warga. Berdasarkan data jumlah pasien puskesmas se-Jakarta tahun 2007, warga Jakarta yang mengalami stres dan mendapat perawatan di puskesmas mencapai 1,4 juta jiwa. Cukup banyaknya warga Jakarta yang mengalami stres menjadi latar belakang penulis untuk meneliti faktor-faktor apa sajakah yang membuat stres penduduk di ibukota. Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperbaiki kondisi jakarta, karena kota yang sehat akan menghasilkan masyarakat yang sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar