Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang dijumpai dalam masyarakat dan merupakan masalah kesehatan yang serius. Pada tahun 2020 nanti diperkirakan kematian akibat kebiasaan merokok akan lebih banyak dibandingkan dengan HIV, TBC, kematian persalinan, kecelakaan lalu-lintas, bunuh diri, dan pembunuhan. Jumlah perempuan perokok di Indonesia meningkat 5 kali lebih banyak dibanding pria. Setiap tahunnya 1,5 juta tahun orang meninggal dunia karena rokok dan 25.000 orang yang meninggal diantaranya adalah perokok pasif. Di Indonesia, perokok lelaki sebanyak 65,9% dan 4,5% perempuan. Data Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan RI menunjukkan jumlah tersebut terus naik, terutama perokok perempuan.
Hasil survei Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia tahun 2007 malah menyebutkan setiap hari ada 1.127 orang meninggal dunia akibat rokok. Indonesia termasuk juara dalam hal itu, berada di peringkat ketiga setelah China dan India. perokok aktif tak hanya laki-laki dewasa namun juga anak-anak, remaja, dan perempuan juga tak kalah banyak. Buktinya, dari 1.127 orang yang meninggal, 67%-nya merupakan laki-laki dan sisanya perempuan. Jumlah yang cukup berimbang.
Prediksi tersebut bukan tanpa alasan. Meskipun hampir setiap orang tahu bahwa merokok dapat menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi jumlah perokok terus saja bertambah. Kebiasaan merokok pun tidak lagi didominasi oleh kaum pria. Hampir di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang, semakin banyak kaum wanita yang gandrung merokok.
Beragam alasan melatarbelakangi kebiasaan merokok pada wanita. Tidak sedikit di antaranya yang beranggapan bahwa rokok adalah simbol wanita modern yang seksi, glamour, matang, dan mandiri. Akan tetapi, di lain pihak ada pula orang yang memiliki kesan bahwa wanita yang merokok bukanlah wanita “baik-baik”. Tak perlu diperdebatkan, kedua pendapat subjektif itu tentu saja sama-sama tidak benar. Merokok bukanlah cara yang benar untuk menunjukkan independensi seorang wanita. Demikian pula sebaliknya, merokok tidak dapat dijadikan ukuran moral seseorang. Jadi jelas bahwa anjuran untuk tidak merokok semata-mata atas pertimbangan dampak negatifnya terhadap kesehatan.
Pada prinsipnya, merokok adalah kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan, baik bagi pria maupun wanita. Hubungan erat antara penyakit jantung, paru-paru, dan kanker dengan kebiasaan merokok tentunya sudah menjadi pengetahuan umum. Sayangnya, dampak negatif rokok terhadap wanita tidak “sesempit” itu. Begitu banyak gangguan kesehatan akibat kebiasaan merokok yang secara “eksklusif” hanya menyerang kaum wanita, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Gangguan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi tersebut dapat bermacam-macam bentuknya, mulai dari gangguan haid, early menopause (lebih cepat berhenti haid) hingga sulit untuk hamil. Pada wanita perokok terjadi pula peningkatan risiko munculnya kasus kehamilan di luar kandungan dan keguguran. Selain itu, sebagaimana yang tertulis dengan jelas dalam setiap kemasan rokok, kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya kecacatan pada janin.
Merokok berhubungan dengan risiko tinggi untuk mengalami kelainan dalam kehamilan, antara lain ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) dan gangguan pada plasenta (ari-ari). Kebiasaan merokok pun dikaitkan dengan kelahiran prematur dan berat badan bayi yang dilahirkan akan cenderung rendah. Bayi yang terlahir dengan berat badan rendah biasanya memiliki risiko tinggi untuk mengalami kesakitan bahkan kematian.
Sejauh ini terdapat kurang lebih dua puluh penelitian yang memaparkan kaitan merokok dengan infertilitas. Penelitian menunjukkan, nikotin dalam rokok menyebabkan gangguan pematangan ovum (sel telur). Hal inilah yang diduga menjadi penyebab sulitnya terjadi kehamilan pada wanita yang merokok. Nikotin pula yang menjadi biang kerok timbulnya gangguan haid pada wanita perokok. Zat yang menyebabkan seseorang ketagihan merokok ini, ternyata memengaruhi metabolisme estrogen. Sebagai hormon yang salah satu tugasnya mengatur proses haid, kadar estrogen harus cukup dalam tubuh. Gangguan pada metabolismenya akan menyebabkan haid tidak teratur. Bahkan dilaporkan bahwa wanita perokok akan mengalami nyeri perut yang lebih berat saat haid tiba.
Seperti dikutip dari Health24, kebiasaan merokok ternyata dapat membuat gejala-gejala di atas menjadi lebih parah. Hal itu terbukti dari hasil penelitian, Dr. Elizabeth R. Bertone-Johnson, dari Universitas Massachusetts. Penelitian tersebut dilakukan di Amerika Serikat dan dimulai sejak tahun 1989 lalu. Yang menjadi objek penelitian adalah 116.678 siswi sekolah keperawatan. Dalam 2 tahun, para siswi yang merokok memiliki gangguan PMS dua kali lebih banyak dari yang tidak merokok. Sedangkan siswi yang telah memiliki kebiasaan merokok sejak berumur kurang dari 15 tahun memiliki risiko PMS lebih parah. Risikonya 2,5 kali lebih parah dari yang tidak merokok.